Strategi Mendag Busan Hadapi Perang Dagang: Perluas Pasar Ekspor, Perkuat Pasar Domestik

oleh

Suro-news.com Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan langkah strategis
Pemerintah Indonesia dalam menghadapi potensi perang dagang. Hal ini termasuk kebijakan tarif
resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap sejumlah negara mitra dagang.

Menurutnya, strategi utama yang dijalankan adalah memperluas pasar ekspor dan pengamanan
pasar dalam negeri. Demikian disampaikan Mendag Busan saat menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada Kajian Tengah Tahun (KTT) Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) di Jakarta, hari ini, Rabu, (2/7). KTT INDEF 2025 ini mengusung tema “Masa Depan Ekonomi Indonesia di Tengah Perang
Dagang dan Konflik Timur Tengah”.

“Strategi menghadapi perang dagang ada dua. Pertama, memperluas pasar ekspor Indonesia ke luar negeri dengan peningkatan perjanjian dagang seperti Indonesia-Canada Comprehensive
Economic Partnership Agreement (CEPA), Indonesia-European Union CEPA dan lainnya. Kedua, pengamanan pasar dalam negeri,” ucap Mendag Busan.

Mendag Busan menyebut, tahun ini Indonesia memiliki perkembangan signifikan dalam diplomasi
perdagangan. Beberapa perjanjian dagang yang sudah rampung, antara lain, dengan Kanada, Uni Ekonomi Eurasia (EAEU), Uni Eropa, serta Tunisia. Namun, meskipun implementasi perjanjian perjanjian tersebut belum dapat dilakukan tahun ini, dampak psikologisnya sudah terasa di kalangan
pelaku usaha.

“Ketika pemerintah mempercepat proses perundingan, hal ini mendorong pelaku usaha untuk semakin bergairah dalam mencari mitra melalui kegiatan business matching atau business forum. Hal ini karena mereka menyadari bahwa kerja sama yang tengah dijajaki ini memiliki prospek yang baik ke depannya,” ujar Mendag Busan.

Lebih lanjut, Mendag Busan menjelaskan, pemerintah juga fokus pada penguatan pasar dalam
negeri. Pasalnya, strategi ini penting untuk mencegah produk-produk impor masuk ke pasar domestik, terutama sebagai dampak akibat perang dagang.

“Pengamanan pasar dalam negeri dilakukan melalui instrumen seperti trade remedies, termasuk
pengenaan bea masuk tindakan pengamanan dan antidumping untuk produk-produk tertentu,”
kata Mendag Busan.

Mendag Busan memaparkan, peningkatan daya saing industri serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus menjadi prioritas Pemerintah Indonesia. Upaya ini didorong melalui kemitraan antara pelaku UMKM dan ritel modern yang diwujudkan lewat berbagai program, seperti Belanja di Indonesia Aja (BINA) dan Holiday Sale.

“Kalau produk UMKM berkualitas dan berdaya saing, dengan sendirinya mencegah produk impor mendominasi di dalam negeri. Tapi kalau tidak berkualitas, ritel juga pasti akan keberatan,” tambah Mendag Busan.

Mendag Busan juga menambahkan, strategi lainnya yaitu melalui program UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor) yang mencakup strategi berbasis sumber daya (resourcebased) dan strategi berbasis pasar (market-based).

“Berani Inovasi artinya kita memikirkan bagaimana agar UMKM bisa menembus pasar ekspor, mulai dari kesiapan sumber daya, produk, hingga manajemennya. Siap Adaptasi ini berkaitan dengan strategi berbasis pasar seperti cara menembus pasar tujuan ekspor,” jelas Mendag Busan.

Menurut Mendag Busan, untuk mendukung hal ini, pemerintah telah mengoptimalkan jaringan
perwakilan dagang di luar negeri yang berperan memasarkan produk-produk Indonesia di pasar
internasional.

“Kami mempunyai 46 perwakilan dagang yang terdiri atas atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang tersebar di 33 negara. Mereka berperan mempertemukan eksportir Indonesia dengan calon pembeli melalui kegiatan pitching dan business
matching,” ucap Mendag Busan.

Mendag Busan mengemukakan, kinerja ekspor Indonesia menunjukkan tren yang positif meskipun dunia tengah menghadapi ketidakpastian global. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada periode Januari–Mei 2025 tercatat mengalami kenaikan sebesar 6,98 persen
dibanding periode yang sama tahun lalu, dengan total ekspor sebesar USD 111,98 miliar. Adapun negara penyumbang surplus dagang tertinggi, yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina.

“Secara volume ekspor Indonesia meningkat meskipun komoditasnya tidak banyak berubah. Amerika Serikat kini menjadi negara tujuan ekspor tertinggi kita untuk Januari–Mei 2025,
menggeser India ke posisi kedua,” ujar Mendag Busan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti menyampaikan harapannya agar ketidakpastian global tidak hanya dipandang sebagai risiko, tetapi juga sebagai peluang untuk
memperkuat fondasi ekonomi nasional.
“Kami berharap tekanan fiskal dan tekanan eksternal yang disebabkan oleh tensi geopolitik itu bisa kita lalui dengan baik. Pada akhirnya, ketidakpastian global ini tidak hanya menghadirkan risiko, tetapi juga menjadi peluang membangun fondasi ekonomi yang kuat,” ujar Esther.

Acara ini juga dilengkapi dengan diskusi interaktif dengan menghadirkan narasumber, antara lain Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Indonesia, Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad, dan Direktur Kolaborasi Internasional INDEF Imaduddin Abdullah.

Turut hadir sebagai pembicara kunci,
yaitu Menteri Ketenagakerjaan Yassierli. Mendampingi Mendag Busan pada acara ini, Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kemendag Johni Martha.